Lama sudah tidak menuliskan sesuatu diblog. Karena berbagai dikegiatan baru saya di awal perkuliahan. Jadi tidak sempat menuliskan sepatah dua patah kata untuk menjadi bahan inspirasi readers semua. (¯˰¯┌┐)
Oke kita mulai. Saya pikir materi ini sangat cocok untuk siswa dan mahasiswa baru (bisa juga untuk tenaga pengajar). Kenapa ? Karena tentunya ada beberapa dari readers mengalami hal ini. Yups, apalagi kalau bukan dosen atau guru tidak masuk ke kelas selama 2 minggu atau beberapa kali pertemuan. Kalaupun hanya sekedar say hi pun tidak muncul batang hidungnya.
Oke kita langsung saja ke :
1. Semangat Menggebu-Gebu Ternyata Kelas Masih Ribut
Ada yang mengalami seperti ini ? Ya, tentu saja kalau dosen/guru belum datang kondisi kelas sangat ricuh. Tentu berbanding terbalik jika dosen/guru datang. Sunyi senyap atau bisa juga kita bilang hening.
Di awal-awal pertemuan kita masih memaklumi jika dosen/guru belum datang (kalaupun sudah dihubungi berkali-kali). Namun jika sudah dipertemuan ke dua dan selanjutnya tentu kita bertanya-tanya. Kok enggak masuk-masuk sih dosennya/gurunya.
Hasil survei yang saya amati di lapangan, beberapa siswa dan mahasiswa berpendapat sebagai berikut :
· Niat enggak sih ngajar tuh ?! (A.N. ’12). Uups. Itu bukan pendapat saya tapi ada salah seorang siswa/mahasiswa yang mengatakan seperti itu. Mengapa dia sampai berkata seperti itu ? Karena dia berpikiran apa dulu guru/dosen tersebut kuliah dengan keinginannya sendiri atau karena paksaan.
· Dulu sekolahnya di mana sih ? (F.S.’12). Apa dulunya salah jurusan ? Murni, ini bukan pendapat saya. Alasan kenapa dia sampai berkata seperti itu sama persis dengan sebelumnya.
· Ah, maunya cuma makan gabut doang ! (F.N.S ’12). Ada yang sepemikiran dengan pendapat siswa/mahasiswa ini ? Simple alasannya kenapa dia berkata itu karena dia sudah melihat buktinya guru/dosennya tidak pernah masuk selama ini, dan tentunya dia langsung menyebutnya pemakan gabut alias gaji buta.
· Tau jadwalnya enggak sih. Kalau enggak biar aku fotokopiin jadwalnya banyak-banyak (L.O. ’12).Saking kesalnya dia hingga punya niat tersebut.
· Enggak apa-apa deh enggak masuk juga. Asalkan dikasih tahu buku yang dipakainya apa, absen full, ikuti kewajiban, dan yang penting harus dikasih nilai A. (A.D.S ’12). Kalau ini murni pendapat saya sendiri. Kata-kata ini pernah saya lontarkan juga ketika masih di bangku SMA karena saya kesal guru tidak pernah masuk kelas. Alasan saya berkata ini yaitu kalau hanya sekedar belajar kita semua bisa berdiskusi dengan teman-teman atau guru/dosen yang lain (yang sesuai dengan spesialisasinya), absen penuh menandakan kalau memang selalu hadir, mengikuti semua peraturan yang dibuat guru/dosen kalaupun tidak datang tetap harus memberikan nilai A.
2. Menunggu Berjam-Jam Tapi Tidak Datang Juga
Mengalami hal ini juga ? Mungkin ini lebih mendominasi ke mahasiswa. Saya ingat dengan tweet salah satu teman saya di Bandung, “nunggu dosen ampe 5 jam enggak datang-datang juga. udah mendingan pulang” Kira-kira intinya seperti itu. Dan ada juga salah satu teman saya dengan update status salah satu teman saya juga di Bandung, “duh udah dua kali pertemuan enggak masuk-masuk terus dosennya” Kira-kira seperti itu.
Tentunya kita kesal menunggunya. Masih mending jika mata kuliah itu jika 2 SKS, jika 3 SKS tentu kita semakin kesal menunggunya. Banyak sekali yang memutuskan untuk keluar dari kelas dan pergi ke mana saja yang sekiranya bisa membuat melepaskan kekesalannya menunggu.
3. Cemburu Melihat Kelas yang Lain atau Jurusan yang Lain Suka Ada Guru/Dosen
Tentu kita suka bertanya-tanya pada teman apa guru/dosennya masuk kelas dan kita selalu mengomentari guru/dosennya tidak masuk. Ini sifat alamiah yang dimiliki setiap siswa/mahasiswa. Karena target mereka semua mata pelajaran/kuliah selesai. Apalagi mahasiswa. Banyak yang mengejar target lulus dengan cepat dan berani mengambil mata kuliah semester atas jika semua mata kuliah sudah selesai. Sedangkan siswa mereka tidak ingin ada materi yang harusnya selesai disemester itu malah diselesaikan disemester selanjutnya.
.
4. Kebingungan Apa yang Harus Dipelajari Sedangkan Tuntutan Semakin Mencekik
Tentu hal ini akan terjadi jika kita benar-benar kebingungan untuk menggunakan buku referensi untuk belajar. Isi tentang bukunya mungkin sama tapi ada perbedaan itu wajar. Karena menggunakan yang berbeda penerbit, penyusunnya, referensinya juga pasti berbeda. Dan kita tidak mengetahui sama sekali buku yang digunakan oleh guru/dosen buku apa. Belajar sendiri pun jadi terhambat.
Mengalaminya juga ? Itulah yang biasanya terjadi di awal perkuliahan. Berharaplah semoga kedepannya tidak seperti itu. Jika hal ini berlanjut tidak ada salahnya jika kita membicarakan ini pada wali kelas/dosen PA. Siapa tahu beliau dapat menyampaikan keluhan kita ke guru/dosen yang bersangkutan.
Tapi kita jangan negative thinking terlebih dahulu. Siapa tahu memang pada hari itu kebetulan guru/dosennya memang benar-benar berhalangan hadir dengan alasan-alasan yang tertentu. Bisa juga karena kita belum mengetahui karakter guru/dosen tersebut.
Posting Komentar